Senin, 07 November 2016

ADAP DAN KESANTUNAN BERBAHASA DALAM KELUARGA



ADAP DAN KESANTUNAN BERBAHASA DALAM KELUARGA

            Dalam bertutur dan berkata, banyak dijumpai nasehat dan petuah karena kata-kata sangat berpengaruh dalam keselarasan pergaulan. “ Bahasa Menunjukkan Bangsa” . Pengertian bangsa yang dimaksud di sini adalah orang baik-baik atau orang yang berderajat atau disebut juga dengan “ orang berbangsa”.  Orang baik-baik tentu mengeluarkan kata-kata yang baik dan tekanan suaranya akan menimbulkan simpati orang. Orang yang menggunakan kata-kata yang kasar dan tidak senonoh biasanya disebut “tidak berbangsa” atau “rendah derajatnya”. Bahasa selalu dikaitkan dengan budi, oleh karena itu selalu disebut dengan “budi bahasa” . Dengan demikian ketinggian budi seseorang juga diukur dari kata-katanya, seperti disebutkan dalam ungkapan  :
Hidup sekandang sehalaman
tidak boleh tengking-menengking
tidak boleh tindih-menindih
tidak boleh dendam kesumat
Pantang membuka aib orang
Pantang merobek baju di badan
Pantang menepuk air di dulang
Hilang budi karena bahasa
Habis daulat karena kuasa
Pedas lada hingga ke mulut
Pedas kata menjemput maut

Bisa ular pada taringnya
Bisa lebah pada sengatnya
Bisa manusia pada mulutnya
Bisa racun boleh diobat
Bisa mulut nyawa padannya
            Oleh karena itu kata dan ungkapan memegang peran penting dalam pergaulan, maka selalu diberikan tuntunan tentang bertutur agar kerukunan tetap terpelihara. Tinggi rendah budi seseorang diukur dari cara berkata-kata seseorang yang mengeluarkan kata-kata yang salah akan menjadi aib baginya, seperti kata pepatah “biar salah kain asal jangan salah cakap”.
            Adat bertutur orang Melayu juga dapat dilihat dalam Gurindam Dua Belas karangan Raja Ali Haji seperti  :
Pasal III
Apabila terpelihara lidah
Niscaya dapat daripadanya faedah

Pasal IV

Mengumpat dan memuji hendaklah pikir
Disitulah banyak orang yang tergelincir

Jika sedikitpun berbuat bohong
Boleh diumpamakan mulutnya itu pekong

Barangsiapa berkata kotor
Mulutnya itu umpama ketur

Pasal V

Jika hendak mengenal orang berbangsa
Lihat pada budi dan bahasa

Pasal VII

Apabila banyak berkata-kata
Distulah jalan masuk dusta

Apabila banyak mencela orang
Itulah tanda dirinya kurang

Apabila lemah lembut
Lekaslah segala orang mengikut

Apabila perkataan yang amat kasar
Lekaslah orang sekalian gusar

B.         Kata Mendaki dalam bahasa Melayu Riau
            Dalam berbahasa melayu dikenal ada kata mendaki yang merupakan adat dan tradisi yang turun temurun di bumi melayu. Kata mendaki adalah adab bertutur terhadap orang tua-tua yang harus dihormati dan disegani. Kata-kata yang dipakai hendaklah terkesan meninggikan martabat atau dengan gaya menghormati. Dalam kehidupan sehari-hari kata mendaki ini digunakan untuk anak kepada orang tua, kemenakan kepada paman, yang muda kepada yang tua, kepada orang-orang yang dihormati seperti tetua adat, pemimpin.

C.            Kata Mendatar Dalam Bahasa Melayu Riau
                Kata mendatar adalah cara berkomunikasi terhadap teman sebaya. Dalam hal ini kita boleh memakai dengan bebas penggunaan kata-kata, gaya, kiasan, sindiran atau kritikan yang sesuai dengan ruang, waktu dan medan komunikasi.

D.            Kata Menurun Dalam Bahasa Melayu Riau
                Inilah medan komunikasi terhadap orang yang lebih muda dari kita, seperti terhadap adik, anak dan kemenakan, serta orang yang berkedudukan sosial lebih rendah dari kita. Kata-kata yang dipakai memberi petunjuk, ajaran, pedoman dan berbagai pesan mengenai kehidupan yang mulia atau bermartabat. Terhadap yang lebih rendah kedudukan sosialnya barangkali diberi gugahan, agar menjunjung tinggi kejujuran, kerja keras serta memegang amanah dengan teguh, sehingga dia dapat meningkatkan taraf dan kualitas hidupnya.

E.            Kata Melereng Dalam Bahasa Melayu Riau
Kata Melereng, yaitu adab berbicara dengan orang semenda. Pertalian keluarga krn perkawinan dng anggota suatu kaum. Caranya tidak boleh langsung begitu saja. Terhadap orang semenda dalam masyarakat adat, disamping dipanggil dengan gelar juga dipakai bahasa berkias atau kata perlambangan, gunannya untuk menjaga perasaan dalam rangka menghormati orang semenda tersebut.

0 komentar:

Posting Komentar